Kamis, 08 November 2012

Ags (Bag:B 'End') "SS"

Ags (Bag:B 'End') "SS"

oleh Zet Meirain T pada 3 November 2012 pukul 9:07 ·

---
“Cakka tunggu! Cakka!” Shilla berusaha mengejar langkah Cakka menuju parkiran. Saat Cakka hendak meraih pintu mobil dengan sigap Shilla menarik pergelangan tangan Cakka.

            “Apa lagi? Lo ngerti gak ucapan gue, huh? Gue bilang jangan ganggu gue lagi!” seru Cakka dengan suara nyaris berteriak, membuat Shilla sedikit terkejut. Mata gadis itu mulai tampak berkaca menatap Cakka tak percaya.

            “Kamu kenapa sih, Kka? Kamu berubah banget tau gak. Biasanya kamu gak pernah keberatan kalau aku jadi pasangan kamu. tapi kenapa hari ini kamu kayak marah gitu sih sama aku, huh?” Shilla mulai tak dapat lagi membendung emosinya. Cukup Cakka menolaknya menjadi patner kerja selama beberapa minggu lalu, dan kali ini ia tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

            “Karena gue gak mau poto sama lo. karena seharusnya gue poto bareng Ags, bukan lo,” tegas Cakka dan dengan sigap, tanpa memperdulikan teriakkan Shilla ia langsung saja masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin kemudian melesat dari parkiran studio milik Alvin.

            “Cakkaaaaa. Kamu gak bisa kayak gini sama aku!” teriak Shilla kesal sambil menghentakkan kedua kakinya di aspal.

            “Shill, lo gak takut di lihat wartawan, huh?” suara Ray terdengar di belakangnya. Tanpa memperdulikan suara pemuda itu dengan rawut wajah penuh kemarahan ia pun langsung berjalan menuju mobilnya dengan kaki menghentak.

            “Shilla Shilla,” gumam Ray dan juga berjalan menuju mobilnya.

            ---

Agni menjatuhkan tubuhnya di sudut tempat tidur dengan lunglai sambil memijit pelan dahinya yang tiba-tiba saja terasa nyeri. Dia gak habis pikir kalau ternyata masalahnya akan jadi serumit ini. Bagaimana kalau Shilla benar mengadukkannya pada Nova? Sudah pasti ia akan di pecat dengan cara tidak terhormat karena sudah melakukan tindak penipuan.

            Agni menghapus sisa airmata di wajahnya dan dengan sigap meraih iphonenya dari dalam saku jins yang sedari tadi bergetar. Agni diam sejenak saat menyadari nama Ify tertera di sana, dan dengan satu tarikkan napas ia pun menekan tombol navigasi yes kemudian menempelkan benda mungil itu di telinganya.

            “Lo dimana, Ag? Lo sekarang ke kantor deh, mbak Nova mau bicara sama lo,” suara Ify terdengaar berbisik di sebrang sana, membuat Agni yang kembali ingin menangis terdiam dan tampak mengeryit bingung.

            “Kenapa, Fy?” tanya Agni berusaha menyetabilkan nada suaranya.

            “Gue juga gak tau. Tapi mending sekarang lo cepetan ke kantor deh,” ucap Ify dan langsung saja ia memutuskan panggilannya membuat Agni semakin terbengong di tempatnya.

            Agni mentap sejenak layar ponselnya, kemudian ia bangkit dari posisi duduknya dan segera berbenah diri sebelum kembali ke kantor.

            ---

“Kka!” Cakka menghentikan langkahnya di depan lobi saat mendengar seseorang menyerukan namanya. Seorang pemuda tampan tampak berlari kecil menghampirinya sembari menepuk pelan pundak Cakka setelah ia berdiri di depan pemuda itu.

            “Lo baik-baik ajakan Kka?” tanya Ray memandang lekat wajah sahabatnya itu. Cakka tampak menghela napas kemudian menggeleng sambil mengurut pelan pelipisnya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju lift di ikuti Ray di belakangnya.

            “Gue bakal baik-baik aja kalau hari ini gue gak ketemu cewek gila itu. dan gue gak ngerti kenapa dia tiba-tiba ada di studio Alvin coba?” ucap Cakka dengan wajah tampak marah. Ia kembali menghela napas berat dan memandang Ray dengan tatapan kesal.

            “Gue juga gak tau. Gue denger dari manegernya kemarin, dia lagi ada pemotretan gitu di Bali. Gak tau deh kenapa tiba-tiba bisa ada di sini,” Ray menjelaskan. Wajahnya terlihat bingung mencoba mengingat-ingat informasi yang ia dapat beberapa minggu lalu.

            Cakka tak lagi menghiraukan penjelasan Ray tentang Shilla dan dengan langkah lebar ia masuk ke dalam lift saat pintu di hadapannya terbuka lebar.

            “Ehhh, tunggu!” seru seseorang saat pintu lift hendak tertutup dan seorang gadis dengan gesit menyelinap masuk, membuat tubuhnya nyaris terjepit diantara kedua pintu besi itu. “Auuuh,” ia meringis pelan sambil mengusap kedua bahunya yang sedikit nyeri.

            “Kamu gak papa?” tanya Cakka panik. Sementara Ray hanya memandang gadis itu dengan raut wajah cemas.

            Gadis itu menggeleng dan mengangkat wajahnya menatap wajah tampan yang saat ini tengah menatapnya cemas. “Gak. Aku gak papa kok,” ucap gadis itu sambil tersenyum manis.

            Ray yang berdiri di samping kanan Cakka sementara gadis itu berdiri di hadapan Cakka, menatap lekat sosok mungil itu dengan wajah yang tampak berfikir.

            “Lo…. Agni bagian editor?” tanya Ray kemudian. Agni mengalihkan pandangannya pada Ray dan ia menganggung mengiyakan. “Emmm. Wajah lo mirip sama seseorang deh,” Ray menatap semakin lekat wajah Agni membuat gadis itu terlihat sedikit gelagapan. Ray memandang Agni dari ujung kaki sampai ujung kepala, dan tatapannya kini tertuju pada sebuah jam dengan merk guess berwarna perak yang melingkar di pergelangan kirinya. Agni mulai merasa waswas. Ia menjauhkan tatapannya dari Ray sambil berusaha tersenyum tenang. Tak lama pintu lift terbuka, membuat gadis boneka itu tanpa sadar menghembuskan napas lega.

            “Emmm, aku duluan ya,” seru Agni cepat dan langsung saja ia bergegas lari menuju ruangan Nova.

            “Kenapa lo ngeliatin si Agni kayak gitu banget?” tanya Cakka sepeninggal Agni. pintu lift kembli tertutup membuat Ray kini mengalihkan perhatiannya pada Cakka.

            “Gue ngerasa itu cewek mirip banget sama seseorang deh. Tapi siapa yaaa?,” ucap Ray sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Cakka tampak tersenyum dan menggeleng kecil. Sesaat kemudian pintu lift kembali terbuka di lantai 12 dan dengan sigap Cakka merangkul pundak Ray dan keduanya pun segera bergegas menuju basecamp.

            ---

“Bisa kamu jelaskan ini sama saya?” Nova menghempaskan beberapa lembar poto di atas mejanya. Agni tampak menggigit bibir dalamnya dan dengan ragu menghampiri meja kerja Nova dan meraih secara perlahan poto-poto yang berserakkan di atas meja itu.

            Seketika kedua mata Agni terbelalak lebar sambil melihat satu persatu lembar demi lembar kertas di tangannya dengan gerakan cepat, kemudian melirik Nova dengan tatapan bersalah.

            “Bagaimana?” tanya Nova lagi sambil memangku dagunya menatap Agni dengan mata menyipit.

            Agni mulai terlihat cemas.

            “Saya…”

            “Kamu sudah bohong sama kita semua…. Ags,” ucap Nova dengan nada tegas sambil menegakkan posisi duduknya dan menatap Agni dengan mata menyipit sontak membuat Agni terkejut. Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhnya. Ia mulai terlihat takut.

            Agni kembali menatap tubuh gemetar poto dirinya yang saat itu tengah di dandani oleh Ify dengan tatapan nanar.

            “Shilla sudah cerita semuanya sama saya, Ag. Dan dia yang memberikan bukti-bukti ini pada saya. Saya gak mengerti kenapa kamu haru bohong seperti ini,” terang Nova. Agni kembali mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap Nova.

            “Maaf Mbak,” hanya itu yang dapat Agni ucapkan. Wajahnya tampak semakin pucat. Dia tidak siap jika harus kehilangan pekerjaannya saat ini.

            Nova menggeleng pelan sambil menyodorkan sebuah surat ke arah Agni. “Ini surat peringatan untuk kamu. kamu baca baik-baik, setelah itu kamu bisa putuskan apa yang akan kamu pilih selanjutnya,” ucap Nova tegas. Agni menggigit bibir dalamnya dan dengan gerakkan lamban meraih surat tersebut, kemudian dengan langkah gontai berjalan keluar dari ruangan Nova.

            ---
So sorry, Ag. Ini semua gara-gara gue. Coba aja kemaren gue gak paksa lo, pasti gak kayak gini deh jadinya,” Ify menatap Agni yang mulai sibuk di depan komputernya dengan perasaan bersalah. Agni memutar kursinya menghadap Ify sambil tersenyum dan menghela napas ringan.

            “Aku gak papa kok, Fy. Tenang aja. Lagian Mbak Nova Cuma kasih aku surat peringatan. Dan sepertinya, aku memang harus menjauh dari dunia model. Karena itu bukan fashion aku banget,” ucap Agni tenang sembari tersenyum manis.

            “Lo yakin? Lo beneran gak papa?” Ify terlihat ragu, membuat Agni tertawa pelan.

            “Yahh. Aku yakin,”

            Ify tampak menghembuskan napas sembari mengangguk kecil dan menatap sahabatnya itu lekat.


            ---

Agni berada di dalam mobilnya sambil menatap box di pangkuannya sambil tersenyum samar. Perlahan ia membuka box tersebut sambil menatap lekat sepasang sepatu cantik di dalamnya.

            “Huhhh. Berharap kalau suatu saat nanti, aku bisa pakai sepatu ini lagi di depan Cakka,”

            “Tapi kamu cantik pakai heels,”

            Agni kembali tersenyum tipis mengingat ucapan Cakka beberapa minggu lalu padanya. Hati-hati Agni melepaskan sepatu katsnya dan mulai memasangkan heels putih dengan lilitan tali berwarna biru muda itu di kakinya yang jenjang, membuatnya terlihat cantik walau hanya mengenakan pakaian sederhana. Kemeja putih dengan belezer hitam dan rok pendek berwana senada serta rambut panjangnya yang ia sanggul asal.

            “Oke. mungkin ini yang terakhir,” gumam Agni dan dengan hati-hati melangkah keluar dari dalam mobilnya. “Auuuh. Errrr. Beneran nyiksa banget dah,” baru saja Agni melangkahkan kakinya keluar mobil, ia sudah hampir saja terjatuh. Ie mendengus sebal dan kini mendudukkan diri di atas kap sedan hitamnya.

            Agni menatap ke arah kakinya sambil tersenyum. “Cantik sih, tapi super nyiksa,” gumam Agni sambil tersenyum simpul.

            “Iya, Ray?... gue mau langsung balik… okeoke… sip,”

            Agni terkesiap kaget dan menoleh cepat menatap ke arah mobil yang terparkir di samping mobilnya. Mata bonekanya membulat lebar saat mendapati sosok Cakka tengah bersusah payah membuka pintu mobil dengan satu tangan yang menggenggam ponsel yang menempel di telinganya. Dengan sigap Agni melompat turun dari kap dan berjalan memutar menuju pintu, namun belum sampai ia pada tujuannya, heels yang ia kenakan sedikit goyang dan hal hasil membuatnya tersungkur di aspal.

            “Auuuh!” pekik Agni tertahan saat kedua tangannya mendarat terlebih dahulu di aspal. Ia meringis pelan sambil berusaha berdiri. Namun sebuah sentuhan lembut menghentikan gerakkanya dan perlahan ia mengangkat wajahnya untuk mengetahui siapa sosok yang tengah berdiri di belakangnya.

            Seketika kedua mata Agni tampak melebar, begitu pula sosok itu. senyum cerah yang semula tercetak di wajahnya tampak memudar memandang wajah Agni dengan ekspresi terkejut.

            “Agni?”

            “Ha –hai Cakka,” Agni berusaha bersikap tenang sambil menegakkan tubuhnya di bantu oleh Cakka yang masih menatapnya lekat dan membopong tubuh mungil Agni ke dalam mobilnya.

            “Makasih,” ucap Agni pelan setelah ia kini sudah berada di bangku belakang mobilnya. Cakka tampak mengalihkan pandangannya ke arah kaki Agni dan dengan ragu membantu gadis itu membuka heelsnya.

            “hemmm. Gak usah, Kka. Aku gak papa kok,” Cakka menghentikan gerakkannya dan menatap Agni dengan mata menyipit. Agni tampak diam. Wajahnya terlihat mulai panik dan menghindari tatapan mata Cakka yang sedari tadi mencoba menangkap kedua matanya.

            Perlahan Cakka melepaskan tangannya sejenak dari kaki Agni dan menggerakkan kedua tangannya perlahan kearah wajah Agni dan melepaskan kacamata yang membingkai wajah gadis manis itu .

            Agni tersentak kaget dengan tindakkan Cakka dan refleks menutup rapat kedua matanya, tak berani menatap ekspresi wajah Cakka selanjutnya.

            “Ags?” gumam Cakka pelan, menatap tak percaya wajah Agni yang berada di hadapannya saat ini.perlahan Agni membuka matanya dan menatap Cakka dengan mata terbelalak.

            “Kka… aku bisa jelasin,” ucap Agni cepat dan mencengkram erat perngelangan tangan Cakka. wajah tampan Cakka tampak mengeras dan dengan kasar ia menepis cengkraman Agni di lengannya.

            “Jadi selama ini kamu udah bohongi aku? Ngebohongi kita semua?” tanya Cakka pelan dengan nada super tajam membuat kedua mata Agni mendadak terasa perih.

            “Gak. Aku gak maksud bohong. Aku ngelakuin ini Cuma untuk…”

            “Nyakitin aku?” ucap Cakka cepat menatap tajam manik mata Agni. Agni tampak mengerutkan dahinya menatap Cakka bingung. “Itukan niat kamu? Cuma mau buat aku kelimpungan cari kamu kemana-mana, iya kan?” tanpa sadar Cakka mencengkram erat pundak Agni membuat gadis manis itu meringis pelan.

            “Hissst. Cakka, kamu buat aku sakit,” gumam Agni pelan. Dan kini memberanikan diri menatap tepat manik mata Cakka.

            Dengan sentakkan kasar Cakka melepaskan cengkramannya, dan dengan sigap ia keluar dari dalam mobil Agni. “Errrgh,” Cakka menggeram kesal dan dengan langkah menghentak ia berjalan menuju mobilnya.

            “Kka! Cakka dengerin penjelasan aku dulu,” seru Agni sambil sibuk mencari kacamatanya dan tanpa memperdulikan kakinya yang tanpa alas ia melompat keluar dari dalam mobil dan menyusul Cakka yang kini sudah berada di dalam mobilnya dan mulai menyalakan mesin.

            “Kka, Cakka,” Agni mengetuk pelan kaca mobil Cakka. tanpa memperdulikan teriakkan Agni dengan gesit Cakka pun mulai melajukan mobilnya. “Kkaaa!” seru Agni sembari menatap nanar mobil Cakka yang semakin menjauh di hadapannya.

            ---

“What? Lo serius Cakka udah tau kalau Ags itu lo?” tanya Ify kaget menatap Agni yang sibuk mengurut pelan kakinya dengan sorot mata tak percaya. Agni meringis di atas kasurnya sambil mengangguk lemah.

            “Aku harus gimana, Fy? Kamu taukan gimana perasaan aku ke Cakka. aku gak mau Cuma karena hal ini dia jadi benci sama aku. Aku lebih milih dia gak kenal sama aku sama sekali dari pada dia haru ngebenci aku kayak gini, fy,” Agni terlihat sedih. Tak ia perdulikan kakinya yang masih terasa ngilu dan menatap Ify dengan tatapan nanar.

            Ify menatap Agni dengan tatapan penuh sesal dan perlahan naik ketempat tidur, memeluk erat tubuh sahabatnya itu sambil menggumankan sesuatu di telinganya. “Maafin gue, Ag. Ini semua salah gue,”

            Agni menggeleng pelan, sambil menepuk-nepuk lengan Ify yang melingkar di lehernya menenangkan. “Bukan salah kamu kok, Fy. Seharusnya aku jujur aja dari awal, dan yang pasti, semuanya gak akan kayak gini,” ucap Agni pelan.

            Dengan gerakkan cepat Ify melepaskan pelukkannya dan kini menatap wajah Agni dengan tatapan yang tiba-tiba menyiratkan kebahagiaan. Sepertinya dia punya ide untuk membantu Agni menyelesaikan masalahnya, malam ini.

            “Mending sekarang lo ikut gue ke pameran di butik Via malam ini, Ag,”  seru Ify memandang lekat wajah Agni membuat gadis boneka itu tampak mengerutkan dahinya bingung.

            “Kamu mau ngapain lagi, Fy?” Agni mulai terlihat ragu.

            “Kali ini semua pasti beres dan aman. Yuk, kita siap-siap,” seru Ify dan membantu Agni berjalan menuju kamar mandi.

            ---

Agni melangkah hati-hati memasuki ballroom dengan kaki yang masih terasa nyeri. Malam ini ia mengenakan dress berwarna azure serta flat shouse berwarna senada. Rambut panjangya ia kuncir tinggi dan sebuah kacamata menghiasi wajahnya. malam itu Agni menjadi dirinya sendiri, namun aura cantik itu tak lepas darinya. Malam ini ia justru lebih terlihat sangat anggun dan cantik dengan kacamata yang membingkai wajahnya.

            “Ags?” Agni menoleh, sembari tersenyum saat mendapati Ray berdiri dengan wajah bengong di hadapannya. “Agni?” tanyanya memastikan. Agni tampak terkikik sambil mengulurkan tangannya pada Ray.

            “Hai Ray,” seru Agni. dengan ragu Ray menerima uluran tangan Agni dan pandangannya kembali tertuju pada sebuah jam guess yang masih melekat di pergelangan kiri mungil Agni.

            Ray tersenyum dan tanpa sadar tertawa pelan sambil menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal. “Jadi… lo Ags?” tanya Ray memastikan.

            Agni tampak tersenyum simpul dan mengangguk pelan. “Maaf Ray. Aku gak maksud buat menyembunyikan semua ini sama kalian,” ucap Agni kemudian. Ray kembali tertawa pelan sambil menarik Agni ke sudut ruangan yang terlihat sepi.

            “Gue sama Cakka udah lama curiga sama lo,” ucapan Ray membuat kedua mata Agni membulat lebar.

            “Maksudnya?”

            Ray tersenyum simpul mengingat obrolannya dengan Cakka beberapa minggu lalu.


            “Lo ngapain liatin itu anting lagi? Lo udah melototin itu anting hampir 1000 kali loh,”

            Cakka tampak tersenyum simpul di tengah kebingunganya dan menatap Ray yang duduk di hadapannya sekilas. “Lo percaya gak sih, kalau gue kepikiran, Agni itu… Ags,” ucap Cakka masih menatap lekat anting dalam genggamannya.

            Ray tampak membulatkan matanya dan tertawa pelan mendengar ucapan sahabatnya itu. “Dari mana lo dapat kesimpulan itu, Kka?” tanya Ray mulai tertarik.

            Cakka bangkit dari duduknya dan meraih sebuah poto dan meletakkannya di atas meja. Ray tampak mengerutkan dahinya dan meraih poto tersebut.

            “Gue ngelihat anting yang sama di telinga Agni,” ucap Cakka dengan pandangan menerawang.

            ::

“Ag, bisa gue minta beberapa hasil poto Cakka yang kemarin gak? Gue perlu buat site bulan depan nih!

            “Oh. Sebentar ya, Ray. Aku ambil di kantor dulu,” ucap Agni dan memutar balik langkahnya menuju ruangan yang belum jauh ia tinggalkan, selang beberapa menit Agni kembali kehadapan Ray dan menyodorkan kepingan disc kearah pemuda itu.

            “Ini Ray!” seru Agni. Ray tersenyum manis dan menganguk sambil meraih disc tersebut dan pandangannya beralih ke arah telinga Agni saat gadis itu kembali memutar tubuhnya. Ray menajamkan pengelihatannya dan benar saja, anting yang Agni kenakan sama persis dengan anting Ags yang ada di tangan Cakka, dan itu juga Cuma terpasang di telinga sebelah kirinya.

            ::

“Lo lihat gak sih, Kka, si Agni pakai jam yang mirip sama punya Ags,” ucap Ray saat mereka melangkah masuk ke dalam base. Cakka menghentikan sejenak langkahnya dan menatap wajah Ray lekat.

            “Jadi… lo udah mulai setuju dengan pendapat gue?” tanya Cakka dengan sorot mata jahil. Ray tampak mendengus sambil menggaruk pelipisnya.

            “Yaaah. Gak juga sih. Cuma ya emang gue ngerasa mirip aja,” ucap Ray dan langsung saja berjalan memasuki base.


            “Tunggu… maksudnya, kalian udah lama curiga sama aku gitu?” tanya Agni memotong penjelasan Ray. Ray tersenyum simpul dan mengangguk pasti.

            “Cakka justru udah tau. Makanya dia rajin banget nyamperin lo di ruang editing,” terang Ray sontak membuat kedua mata Agni membulat lebar.

            “Tapi…”

            Belum sempat Agni melanjutkan kata-katanya, di ujung ruangan terdengar sura petikan gitar dan gumaman seseoarang yang tidak terlalu jelas. Tanpa memperdulikan tatapan Agni yang masih terlihat bingung Ray dengan sigap menarik lengan Agni dan membawa gadis itu ke depan panggung.

            Agni menyipitkan matanya, menatap ke tengah panggung dan melirik ke samping kanannya. “Loh? Ray?” bisik Agni yang tak lagi mendapati Ray di sampingnya. Agni pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan namun hasilnya tetap saja nihil. Ray menghilang. Baru saja Agni hendak memutar tubuhnya sebuah sentuhan terasa lembut menggenggam lengan kirinya.

            Agni memutar pelan badannya dan menyipitkan mata agar dapat melihat sosok yang saat ini berdiri di hadapannya. “Lagu ini…. Untuk kamu,” gumam sosok tersebut dan perlahan melepaskan cengkramannya di lengan Agni dan mulai memainkan gitarnya lagi.

            Agni mengerutkan dahinya bingung dengan mata menyipit masih belum dapat melihat jelas wajah sosok itu, karena ia berdiri tepat membelakangi cahaya. Namun lama kelamaan kedua mata sipit Agni membulat lebar ketika mulai menyadari siapa sosok yang berdiri di hadapannya saat itu.

            “Cakka?” tanya Agni tak percaya, dan walau dalam keadaan minim penerangan Agni bisa melihat Cakka menarik sudut bibirnya. Dan tak lama ia pun mulai melantunkan sebuah bait lagu.

The best thing about tonight’s that were not fighting

            Agni menyunggingkan sebuah senyuman manisnya saat mendengar lantunan bait pertama yang terlontar dari bibir Cakka. mata bonekanya yang berwarna coklat tampak mengedip menahan laju air yang hendak mengalir.

Could it be that we have been this way before
I know you’re wearing thin down to the core
But hold your breathe

Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again, don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true

Because a girl like you is impossible to find
Your impossible to find
This is not what I intended
I always swore to ypu ‘d never fall a part

You always thought that I was stronger
I may of failed
But I have loved you from the start

But hold your breathe
Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again, don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true

Because a girl like you is impossible to find
It’s impossible
So breathe in so deep, breathe me in
I’m yours to keep, and hold onto your word
Cuz talk is cheap and remember me tonight
When your asleep

Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again, don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true
Because a girl like you is impossible to find

Tonight will be the night that I will fall for you
Over again, don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it’s true
Because a girl like you is impossible to find
Your impossible to find

            Cakka menggumamkan baik terakhirnya sembari menatap lekat manik mata Agni. ia tersenyum manis dan sesaat kemudian lampu di sekeliling mereka pun mulai menyala. Agni dapat melihat jelas wajah tampan Cakka malam ini. Dan yang pasti, Cakka pun dapat melihat jelas wajah Agni yang kini sudah di banjiri airmata.

            Cakka terlihat sedikit kaget dan khawatir melihat Agni yang tiba-tiba saja sesenggukan di hadapannya. Buru-buru ia meletakkan gitar dan melepas mikrofon wifinya di sudut panggung dan kembali menghampiri Agni.

            “Aku minta maaf, Kka. Aku gak bermaksud buat bohongi kamu. aku tau kamu kesel sama aku, pakai banget. Dan gak seharusnya kamu ngelakuin ini sama aku,” ucap Agni kemudian. Cakka tampak tersenyum simpul dan dengan lembut menggerakkan tangannya menghapus sisa air di wajah Agni.

            “Aku benar-benar minta maaf sama kamu, Kka,” gumam Agni lagi.

            “Kamu gak salah, Ags,” ucap Cakka sambil mengelus lembut pipi Agni. Agni tampak membulatkan matanya menatap Cakka lekat. Cakka tersenyum manis. “Kenapa? Heran, aku tau kalau kamu ini Ags?” tanya Cakka menatap tepat manik mata Agni. Agni pun mulai tampak terenyum sembari menggeleng kecil.

            ---
“Jadi… Ify udah cerita semuanya sama kamu?” tanya Agni menatap wajah tampan Cakka tak percaya. saat ini mereka tengah berada di taman belakang butik. Cakka tersenyum dan mengangguk mantap.

            “Kapan?” tanya Agni memastikan.

            “Hemmm. Beberapa bulan lalu, waktu Ags gak sengaja ninggalin ini di jas aku,” ucap Cakka mengacungkan sebuah anting di depan wajah Agni. Agni menatap lekat anting itu kemudian ia tampak melongo.

            “Jadi anting aku sama kamu?”

            Cakka mengangguk.

            “pantes aku cariin gak nemu. Terus?”

            “Terus, aku ngampiri kamu di ruang editing…. Aku lihat kamu pakai anting ini, tapi Cuma sebelah. Dan karena aku penasaran, aku langsung tanya ke Ify dan aku udah janji gak bakal kasih tau kamu atau siapa pun,” terang Cakka sambil mengacak pelan puncak kepala Agni. Agni tampak bengong, menatap Cakka tak percaya.

            “Curang! Jadi kenapa kemarin kamu malah marah sama aku? Sampai kamu nyakitin aku kayak gitu,” Agni menatap Cakka sebal. Cakka terkikik geli sambil menjawil hidung Agni gemas.

            “Habis aku kesel sama kamu, Ag. Kebetulan kamu pakai heels itu, dan gak tau kenapa aku mendadak kesel sama kamu,” ucap Cakka menatap lekat manik mata Agni di balik kacamatanya. Agni tampak diam sambil tersenyum sesaat ia merasakan kedua tangan Cakka merengkuh wajahnya dan mengelus lembut kedua pipinya.

            Tanpa sadar Agni mengatupkan kedua matanya rapat saat menyadari Cakka mulai mendekatkan wajahnya. Agni merasakan napas Cakka terasa menyapu wajahnya. Baru saja Agni hendak membuka kembali kedua matanya sesuatu yang hangat terasa menyapu permukaan bibir mungil Agni.

            Agni sempat membuka mulutnya sedikit karena kaget, membuat Cakka lebih mudah mengulum bibir mungil Agni dengan lembut. Cakka tak memberikan Agni sedikit ruang pun untuk melepaskan diri sampai akhirnya ia merasakan rongga dadanya terasa sesak dan bersiap untuk menghirup udara, Cakka pun melepaskan ciumannya dan menatap Agni yang masih terlihat shock dengan tatapan canggung.

            “Seharusnya aku bilang ini dulu sama kamu,” Cakka mendadak salah tingkah. Agni menyipitkan matanya menatap Cakka sambil berusaha menahan senyumnya. “ I love you so much, and I want you be my girl. Pleaseeee. Kamu bersedia?” Cakka menatap lekat manik mata Agni sambil menggenggam erat jemari Agni membuat gadis boneka itu terlihat kaget.

            “Be my girl?” ucap Cakka sekali lagi.

            Agni tanpa berfikir sambil menggigit bibir bagian dalamnya dan menatap Cakka lekat. “Aku bukan Ags. Aku Agni,” gumam Agni pelan. Cakka tersenyum sambil mengusap penuh kasih sayang pipi kanan Agni dan mengecup cukup lama sudut bibir gadis manis itu membuatnya nyaris saja kehabisan napas karena kaget.

            Cakka mengangguk. “Aku tau. Dan karena itu aku mau kamu,” jawab Cakka tegas. Seulas senyum tercetak di wajah Agni dan tanpa fikir panjang lagi ia pun akhirnya mengangguk.

            “Aku bersedia jadi pacar kamu,” ucap Agni tersipu malu.

            “Kamu serius?” Cakka menatap wajah Agni penuh binar.

            Agni mengangguk pelan.

            “Aku sayag banget sama kamu,” bisik Cakka dan merengkuh tubuh mungil Agni erat.

            “Eghem. Asiknya berduaan sampai lupa sama kita,”

            Agni cepat-cepat melepaskan dirinya dari Cakka dan menatap Ify dan Ray yang kini berdiri di hadapan mereka tengah tersenyum simpul. Agni bangkit berdiri dan menghampiri sahabatnya yang malam itu terlihat bahagia.

            “Kamu memang nyebelin banget tau gak sih, Fy,” seru Agni dan menepuk pelan pundak Ify. Ify pun tertawa dan dengan sigap memeluk tubuh mungil Agni.

            “Selamat ya. Gue tau ini memang kebahagiaan lo. gue seneng. Dan setelah ini gue harap lo mempertimbangkan lagi tawaran Mbak Nova ngajakin lo jadi model lagi,” ucap Ify sambil membalas pelukkan Agni.

            “ Dasar. Kamu memang selalu bisa yah?” gumam Agni sambil melepaskan pelukannya dan kini melirik pada Ray yang tampak tersenyum menatapnya.

            “Ags, gue suka nama lo,” ucap Ray sambil mengerlingkan satu matanya pada Agni.

            “Thanks,” ucap Agni seadanya, kemudian ia kembali menatap Cakka yang berdiri di sampingnya tengah menatapnya lekat.

            “Aku juga sayang sama kamu,” ucap Agni kemudian sambil berjinjit dan mendaratkan sebuah kecupan di sudut bibir Cakka membuat cowok itu terlonjak kaget begitu pula Ray dan Ify. Sementara Agni, gadis itu tampak senang dan tertawa pelan melihat ekspersi wajah Cakka yang menurutnya sangat menggemaskan itu, serta menatap Ify dan Ray sambil tersenyum manis.



_FIN_

Yipyip, horayyy. Muehehehe. Sadar gue yang part B agak-agak gimana gitu tulisannya. Sorry yah, soalnya kemarin waktu ngetik bagian B kurang fokus. Jadi absur buanget begini dah -___- so sorry guess. Gue harap sih masih mau nitip like yah walau ceritanya gue ini absurd banget :D


@Cluvers_Agniaza

1 komentar: